MAKALAH PENCEMARAN LAUT
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada mulanya orang
berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua hasil buangan sampah dan
sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di daratan seluruhnya
dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang membahayakan.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan dan kekuatan
mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat mereka
menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk dunia dan
makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak bahan-bahan
yang bersifat racun yang dibuang ke laut (Laut Kita, 2013).
Pencemaran laut
didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri,
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing)
ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Sebagian besar sumber pencemaran
laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui
tumpahan. Salah satu penyebab pencemaran laut adalah kapal yang dapat mencemari
sungai dan samudera dalam banyak cara. Misalnya melalui tumpahan minyak, air
penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan,
sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan
organisme perairan, dan air dari balast tank yang bisa mempengaruhi suhu
air sehingga menganggu kenyamanan organisme yang hidup dalam air (Lingkungan
Bumi, 2012).
Bahan pencemar laut
lainnya yang juga memberikan dampak yang negatif ke perairan adalah limbah
plastik yang bahkan telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang,
terapung dan terendap di lautan. Sejak akhir Perang Dunia II, diperkirakan 80
persen sampah plastik terakumulasi di laut sebagai sampah padat yang mengganggu
eksositem laut. Massa plastik di lautan diperkirakan yang menumpuk hingga
seratus juta metrik ton. Kondisi ini sangat berpengaruh buruk, dan sangat sulit
terurai oleh bakteri. Sumber sampah plastik di laut juga berasal dari Jaring
ikan yang sengaja dibuang atau tertinggal di dasar laut.
Limbah kimia yang
bersifat toxic (racun) yang masuk ke perairan laut akan menimbulkan efek
yang sangat berbahaya. Kelompok limbah kimia ini terbagi dua, pertama kelompok
racun yang sifatnya cenderung masuk terus menerus seperti pestisida, furan,
dioksin dan fenol. Terdapat pula logam berat, suatu unsur kimia metalik yang
memiliki kepadatan yang relatif tinggi dan bersifat racun atau beracun pada
konsentrasi rendah. Contoh logam berat yang sering mencemari adalah air
raksa, timah, nikel, arsenik dan kadmium.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar
belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah sebagai
berikut :
A.
Apakah pencemaran laut itu?
B.
Apa saja sumber pencemaran laut?
C.
Bagaimana dampak pencemaran laut?
D.
Bagaimana pencemaran laut Indonesia?
E.
Bagaimana cara mencegah pencemaran
laut?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan papper tentang pencemaran laut ini
adalah untuk memberi informasi tentang pencemaran laut, sumber dan
dampak pencemaran laut serta tingkat pencemaran laut di Indonesia dan cara
mengatasi pencemaran itu sendiri
II. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pencemaran Laut
Pencemaran laut
didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri,
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing)
ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam sebuah kasus
pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel kecil yang
kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar adalah
pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, racun yang
terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang rantai
yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang tersimpan.
Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan
oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar sumber pencemaran
laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui
tumpahan (Yunus Muhammad, 2013).

2.2. Sumber Pencemaran
Laut
Kegiatan di laut yang
merupakan sumber pencemaran, yaitu :
2.2.1. Pencemaran oleh minyak
Saat
ini industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampir tidak bias dielakkan. Kapal tanker mengangkut
minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi pencemaran
miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak mengapung diatas permukaan laut
yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Contoh kecelakaan kapal
yang pernah terjadi :
a.
Torrey canyon dilepas pantai Inggris 1967 mengakibatkan 100.000 burung mati
b.
Showa maru di selat Malaka pada tahun 1975
c.
Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978

2.2.2. Pencemaran oleh logam berat
Logam berat ialah benda
padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk setiap cm3,
sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam ringan.
Logam berat, seperti
merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), seng (Zn),
dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik yang sering
menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan. Penyebab
terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari masukan
air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis Industri Pembuang Limbah
yang Mengandung Logam Berat :
No
|
Jenis
Industri
|
Logam
Berat
|
1
|
Kertas
|
Cr,
Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
|
2
|
Petro-chemical
|
Cd,
Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
|
3
|
Pengelantang
|
Cd,
Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
|
4
|
Pupuk
|
Cd,
Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
|
5
|
Kilang
minyak
|
Cd,
Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
|
6
|
Baja
|
Cd,
Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Sn, Zn
|
7
|
Logam
bukan besi
|
Cr,
Cu, Hg, Pb, Zn
|
8
|
Kendaraan
bermotor, pesawat terbang
|
Cd,
Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
|
9
|
Gelas,
semen, keramik
|
Cr
|
10
|
Tekstil
|
Cr
|
11
|
Industri
kulit
|
Cr
|
12
|
Pembangkit
listrik tenaga uap
|
Cr,
Zn
|
Logam berat memiliki
densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat tahan urai. Sifat
tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin terakumulasi di dalam
perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh
manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.2.2.1 Contoh kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia
Teluk
Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan
limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut
membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap
harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung
cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena
serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki
benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala
(Warlina Lina,2013).
2.2.3. Pencemaran oleh sampah
Plastik telah menjadi masalah global. Sampah plastik
yang dibuang, terapung dan terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari
sampah di laut adalah plastik, sebuah komponen yang telah dengan cepat
terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik di lautan
diperkirakan yang menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik dan turunan lain dari limbah plastik yang
terdapat di laut berbahaya untuk satwa liar dan perikanan. Organisme perairan
dapat terancam akibat terbelit, sesak napas, maupun termakan.
Jaring ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang
dibiarkan atau hilang di laut. Jaring ini dikenal sebagai hantu jala
sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut, kepiting, dan
makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan, menyebabkan luka dan
infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke permukaan untuk
bernapas.
Sampah
yang mengandung kotoran
minyak juga dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran sungai (DAS).
Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam berat dengan konsentrasi yang
tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik, sehingga akan
memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang
membuat kondisi lingkungan menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.

2.2.4. Pencemaran oleh pestisida
Kerusakan yang disebabkan oleh pestisida adalah
bersifat akumulatif. Mereka sengaja ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan
tujuan untuk mengontrol hama tanaman atau organism-organisme lain yang tidak
diinginkan. Idealnya pestisida ini harus mempunyai spesifikasi yang tinggi
yaitu dapat membunuh organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa merusak
hewan lainnya, tetapi pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang
ada di laut.
Beberapa pestisida yang dipakai kebanyakan berasal
dari suatu grup bahan kimia yang disebut Organochloride. DDT termasuk
dalam grup ini.
Pestisida jenis ini termasuk golongan yang mempunyai
ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul ini kemungkinan dapat
bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai dipergunakan. Hal itu
sangat berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini secara terus menerus
akan membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya mencapai suatu
tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi organism yang
hidup didaerah tersebut.
Hewan biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh
mereka. Beberapa organisme air termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan
kimia didalam jaringan tubuhnya.

2.2.5. Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
Peristiwa Eutrofikasi adalah kejadian
peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa yang mengandung nitrogen atau
fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan produktivitas
primer (ditandai peningkatan pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung
cepat membusuk). Efek lebih lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan
kualitas air, serta tentunya menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling rentan mengalami
eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan
terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian dibawa oleh air hujan masuk ke
lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di muara.
The World Resources Institute telah mengidentifikasi
375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh dunia. Laporan ini
menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir di Eropa Barat,
Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur, terutama di Jepang.
Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah (red tide) secara
signifikan yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan masalah
pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi saat
organisme mendekati ke arah pantai.

2.2.6. Pencemaran akibat peningkatan keasaman
Dewasa ini sangat banyak kegiatan manusia yang
menyebabkan polusi udara, tanah dan air, yang disebabkan oleh limbah pabrik,
industri, asap kendaraan, dan banyak lagi. Salah satu contoh adalah semakin
banyak karbon dioksida memasuki atmosfer bumi, maka karbondioksida yang kita
hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan hujan asam dan juga meningkatkan kadar
keasaman laut menjadi lebih asam. Potensi peningkatan keasaman laut dapat
mempengaruhi kemampuan karang dan hewan bercangkang lainnya untuk membentuk
cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga akan berdampak buruk pada ekosistem
di lautan.
Jika air laut semakin memanas, maka akan terjadi peningkatan
keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang paling rentan menghadapi
peningkatan keasaman ini . menurut Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas
Nasional Australia, terumbu karang seperti sedang mencatat kematiannya sendiri.
Jumlah Karbon Dioksida yang dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman
laut, dan membuat lebih asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu
karang akan hancur dan larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun
berbagai perubahan lain yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Di masa lalu hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya
adalah saat ini perubahan suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi
bukan karena sebab alami.

2.2.7. Pencemaran akibat polusi kebisingan
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran
kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik
eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih
cepat di laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki
penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh
informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih
dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien
kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali
lipat).
Sumber
suara di laut antara lain :
1. Sumber
alami
Suara di laut yang timbul akibat proses alami terbagi
dalam dua yaitu proses fisika serta proses biologi. Proses fisika ini antara
lain : aktivitas tektonik, gunung api dan gempa bumi, angin, gelombang.
Sedangkan contoh dari aktivitas biologis misalnya suara dari mamalia laut dan
ikan.
2. Lalu
lintas kapal
Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di laut
menimbulkan kebisingan yang berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya berada
pada batasan suara 1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi mengangkut
minyak biasanya mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau sekitar 500Hz.
Sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya menimbulkan
gelombang suara sekitar 160-170 desibel. Kapal-kapal ini menimbulkan sejenis
tembok virtual yang disebut “white noise” yang memiliki kebisingan konstan.
White noise dapat menghalangi komunikasi antara mamalia di laut sampai batas
untuk area yang lebih kecil. Selain kapal Tanker juga Kapal-kapal besar lainnya
sejenis Cargo yang membawa petikemas memiliki kebisingan yang cukup menimbulkan
pencemaran suara di laut (Pencemaran, 2013).
2.3. Dampak Pencemaran Laut
a.
Logam
berat
WHO
(World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food
Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk
tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat
telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat
potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan
tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Bahaya
yang dapat ditimbulkan oleh Logam
Berat di dalam Tubuh Manusia :
Barium
(Ba): Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur ruang. Jangka
panjang, menyebabkan naiknya tekanan darah dan terganggunya sistem syaraf.
Cadmium
(Cd): Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara
atau uap. Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka
panjang, terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat
menyebabkan hipertensi
Kromium
(Cr): Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada jaringan
tubuh. Jangka panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal
Timbal
(Pb): Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang,
menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran
Raksa
(Hg): Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap.
Jangka panjang, beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan
pada kelahiran.
Perak
(Ag): Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada kulit,
mata dan membran mukosa (mucus)
b. Tumpahan
minyak
Minyak
yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas
permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri
serta dapat menyebabkan keracunan pada burung tersebut.
c. Sampah
Banyak
hewan yang hidup pada atau di laut mengonsumsi plastik karena tak jarang
plastik yang terdapat di laut akan tampak seperti makanan bagi hewan laut.
Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus berada pada organ pencernaan hewan
ini, sehingga menyumbat saluran pencernaan dan menyebabkan kematian
melalui kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap kesehatan biota
laut, adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Penyakit yang paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah
bersentuhan dengan air laut, dll.
d. Pestisida
Pengaruh
pestisida terhadap kehidupan organisme air
:
1. Penumpukan pestisida
dalam jaringan tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi system syaraf
pusat.
2. Bahan aktifnya selain
bisa membunuh organism perairan,
juga dapat merubah tingkah laku ikan dan menghambat perkembangan telur moluska
dan juga ikan.
3. Daya racun berkisar
dari rendah-tinggi. Moluska cenderung lebih toleran terhadap racun pestisida
dibandingkan dengan Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati), dll.
e. Eutrofikasi
Eutrofikasi
adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan
fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis. Karena
terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di bagian bawah akan mengalami
kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2
karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi
menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan
menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.
f. Peningkatan keasaman
Selain
menyebabkan kerusakan pada terumbu karang, kehidupan laut terpengaruh karena
perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan yang memiliki tulang karbonat
kalsium dan yang menjadi sumber makanan bagi penghuni laut lainnya. Satu miliar
orang yang bergantung pada ikan sebagai sumber utama penghasil protein akan
terkena dampak dari peningkatan keasama laut tersebut.
g. Polusi
kebisingan
Gangguan
bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan frekuensi atau intensitas yang dapat
berbentrokan atau bahkan menghalangi suara/bunyi biologi yang penting, yang
menjadikan tidak terdeteksi oleh mamalia laut. Padahal seperti diketahui bahwa
suara-suara biologi ini penting seperti untuk mencari mangsa, navigasi,
komunikasi antara ibu dan anak, untuk manarik perhatian, atau melemahkan
mangsa.
Klasifikasi
efek fisik yang
dapat mempengaruhi mamalia laut
No.
|
Pengaruh
|
Efek
|
1
|
Tidak
Berhubungan langsung
|
§ Merusak
jaringan tubuh
§ Kejang
urat yang disebabkan tekanan udara yang tiba-tiba
|
2
|
Berhubungan
langsung
|
§ Merusak
telinga
§ Gangguan
pendengaran permanen atau sementara
|
3
|
Kelakuan
|
§ Perubahan
Perilaku
§ Modifikasi
perilaku
§ Berpindah
tempat dari area (jangka panjang atau pendek)
|
4
|
Stress
|
§ Menurunkan
tingkat kelangsungan hidup
§ Mudah
terserang penyakit
§ Berpotensi
dipengaruhi oleh efek kumulatif yang negatif (misalnya polusi kimia
kombinasi dengan stress suara)
§ Peka
terhadap suara
|
2.4. Cara Pencegahan
Upaya
pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh pemerintah
dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT
a. Pencegahan
terjadinya pencemaran laut
Berikut
ini adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
pencemaran laut :
1. Tidak
membuang sampah ke laut
2. Penggunaan
pestisida secukupnya
3. Yang
paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung
rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
4. Kurangi
penggunaan plastik
5. Jangan
tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.
6. Setiap
industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
7. Menggunakan
pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
8. Pendaurulangan
sampah organik
9. Tidak
menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi
tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
air.
10. Penegakan
hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
b. Penanggulangan
pencemaran laut
1. Melakukan
proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir
pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari ledakan ladang
minyak.
2. Fitoremediasi
dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat juga ditempuh.
Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia
marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
3. Melakukan
pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat
Melalui
penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan berkurang dan
kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat laut yang
bersih, sehat, dan nyaman (Thedi, 2012).
III. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari makalah
yang
dibahas, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
·
Pencemaran
laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri,
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing)
ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
·
Kegiatan
di laut yang merupakan sumber pencemaran, yaitu :
1.
Pencemaran
yang bersumber dari kegiatan pelayaran
2.
Pencemaran
laut yang bersumber dari kegiatan penambangan minyak lepas pantai.
3.
Pencemaran
yang bersumber dari kegiatan dumping di laut
·
Pencemaran laut telah mengakibatkan
degradasi lingkungan dan kehidupan bawah laut.
·
Pencemaran lingkungan laut Indonesia
masih tinggi, ditandai antar lain dengan terjadinya eutrofikasi atau
meningkatnya jumlah nutrisi disebabkan oleh polutan
·
Pencegahan pencemaran dari diri
sendiri dan kesadaran diri sendiri untuk menjaga dan melestarikan lingkungan
laut indonesia
SARAN
Dari
makalah yang dibahas, dapat diketahui bahwa pencemaran laut mempunyai dampak
buruk yang begitu akan keberlangsungan kehidupan biota-biota di laut. Oleh
karena itu, penyusun menyarankan :
·
Selalu peduli
kan lingkungan sekitar, terlebih daerah-daerah di sekitar laut.
·
Menjaga
kebersihan sungai terutama sungai yang bermuara ke laut
·
Menggalakkan
program peduli laut sebagai ajang untuk membuat laut menjadi bersih dan dapat
dinikmati
DAFTAR PUSTAKA
Lingkungan Bumi. 2012. Pencemaran dan
Definisinya. www.pencemaran-lingkungan-bumi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 26 April 2013
Pencemaran. 2013. Materi-materi Pencemar. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-laut/sumber-dan-bahan-pencemar-laut/ Diakses pada tanggal 23 April 2013
Thedi. 2012. Penanggulangan Pencemaran Laut. www.thedi76.wordpress.com. Diakses pada tanggal 23 April 2013
Warlina,
Lina. 2013. http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/08234/lina_warlina.pdf
Diakses pada tanggal 23 April 2013
Yunus, Muhammad. 2013. http://yunuzmuhammad.blogspot.com/2007/11/pengertian-dan-sumber-pencemaran.html. Diakses pada tanggal 23 April 2013
Kata Kunci : Pencemaran Laut Di Indonesia
No comments:
Post a Comment