BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Iklim
didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang,
yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik
yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya. Iklim merupakan suatu konsep
yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari
dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu
yang panjang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklim adalah keadaan cuaca rata-rata
dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (±
minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas (Olii, 2011).
Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah
ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan
ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan
yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala
tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di
atmosfer permukaan bumi.
Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses
fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas
proses fisik dan dinamis diatmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet
bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet
bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak
merata, sehingga secara alamiah adausaha pemerataan energi yang berbentuk suatu
sistem peredaran udara, selain itumatahari dalam memancarkan energi juga
bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003).
Iklim memiliki variasi di permukaan bumi diantaranya karena
kedudukan bumi terhadap matahari, yaitu adanya proses revolusi dan rotasi serta
lokasi-lokasi yang terbagi menjadi lintang tempat yang berbeda. Selain itu
karena jarak bumi terhadap matahari, distribusi daratan dan lautan, serta
ketinggian tempat. Perpaduan
antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali
iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim
bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Eksploitasi
lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi
yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global
akan meningkatkan variasi tersebut.
1.2 Rumusan
Masalah
Guna membatasi
meluasnya permasahan yang akan dibahas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Apa yang
dimaksud dengan iklim?
2.
Apa perbedaan distribusi daratan dan lautan?
3.
Apa saja faktor distribusi daratan dan lautan bagi bumi.?
4.
Apa saja akibat dari distribusi daratan dan lautan yang tidak menentu?
1.3 Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan paper ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui pengertian iklim.
2.
Untuk mengetahui perbedaan distribusi daratan dan lautan
3.
Untuk mengetahui faktor distribusi daratan dan lautan bagi bumi.
4.
Untuk mengetahui akibat dari distribusi daratan dan lautan yang tidak
menentu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Iklim
Menurut
Winarso (2003) dalam Diraja (2010), cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda
pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang
dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat
pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan
dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung
dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu.
Iklim didefinisikan sebagai berikut :
·
Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda
dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
·
Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer
disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).
·
Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan,
angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang
(Gibbs,1987).
Dalam pengertian lain Trewartha and Horn (1995)
mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim
merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer
di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang.
2.2 Perbedaan distribusi daratan dan lautan
Distribusi daratan dan lautan juga
berperan penting dalam mempengaruhi variasi iklim di permukaan bumi. Terutama
lautan sebagaimana kita tahu bahwa 2/3 dari bumi adalah lautan,maka laut selama
ini merupakan pengatur rezim iklim bumi. Dapat kita ketahui perbedaan lautan
dan daratan,antara lain:
1. Daratan tersusun oleh partikel-partikel
padat maka dari itu daratan lebih cepat panas namun kemampuan menyinpan panas
terbatas. Jadi, daratan daratan cepat panas juga cepat dingin. Sehingga pada
siang hari daratan suhunya lebih panas dibandingkan lautan, namun sebaliknya
pada malam hari. Pada malam hari daratan lebih dingin suhunya dibandingkan
dengam lautan sehingga tekanan udara di atas daratan lebih tinggi di banding
lautan.
2. Lautan tersusun atas partikel-partikel
cair yang mengakibatkan bila lautan terkena sinar matahari,panas yang di terima
akan disebarkan ke lingkungan sekitarnya. Jadi, lautan lambat panas namun
lambat pula melepaskan panas. Laut juga berperan dalam membawa panas dari
ekuator ke daerah lintang sedang dan daerah lintang tinggi(kutub). Sebagaimana
kita ketahui, intensitas cahaya matahari yang diterima daerah lintang sedang
dan daerah lintang tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan daerah
equator yang mana penyebaran panas di bantu oleh air laut.
2.3 Faktor-faktor distribusi daratan dan lautan
bagi bumi
1.
Perbedaan
Penerimaan Energi Matahari
Distribusi daratan dan lautan berperan
penting dalam mempengaruhi variasi iklim di permukaan bumi. Terutama lautan
sebagaimana kita tahu bahwa
dari bumi adalah lautan. Maka laut selama ini
merupakan pengatur rezim iklim bumi. Iklim adalah konsep abstrak yang
menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu daerah selama
kurun waktu yang panjang. Perbedaan lautan dan daratan antara lain :
Daratan tersusun oleh partikel-partikel
padat maka dari itu daratan lebih cepat panas namun kemampuan menyimpan panas
terbatas. Jadi daratan daratan cepat panas juga cepat dingin. Sehingga pada
siang hari daratan suhunya lebih panas dibandingkan lautan dan sebaliknya pada
malam hari. Pada malam hari daratan lebih dingin suhunya dibandingkan dengan
lautan sehingga tekanan udara di atas daratan lebih tinggi di banding lautan.
Lautan tersusun atas partikel-partikel
cair yang mengakibatkan bila lautan terkena sinar matahari, panas yang diterima
akan disebarkan ke lingkungan sekitarnya. Jadi lautan lambat panas namun lambat
pula melepaskan panas. Laut juga berperan dalam membawa panas dari equator ke
daerah lintang sedang dan daerah lintang tinggi (kutub). Intensitas cahaya
matahari yang diterima daerah lintang sedang dan daerah lintang tinggi lebih
sedikit dibandingkan dengan daerah equator yang mana penyebaran panas dibantu
oleh air laut.
Daratan dan lautan memiliki perbedaan
dalam penerimaan energy matahari. Contohnya terjadi angin laut dan angin darat.
Kondisi cuaca/iklim daratan sangat dipengaruhi keadaan di atas laut. Berikut
ini penjelasan angin laut dan angin darat :
Angin laut adalah udara yang bergerak
dari lautan ke daratan yang terjadi pada sore hari. Daratan yang merupakan
benda padat dapat menyerap panas matahari jauh lebih cepat daripada lautan yang
merupakan benda cair sehingga suhu udara di darat lebih panas daripada di laut.
Akibatnya udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari
lautan. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat.
Angin darat adalah udara yang bergerak dari
daratan ke lautan. Angin darat umumnya
terjadi pada malam hari, saat matahari sudah tidak memancarkan panasnya.
daratan yang lebih cepat menyerap panas matahari akan melepaskan panas itu
dengan lebih cepat pula. Maka, suhu diatas daratan segera menjadi lebih dingin
bila dibandingkan dengan suhu diatas lautan. Karena suhu di atas lautan lebih
panas, udara yang terdorong ke atas akibat panaspun lebih banyak terjadi diatas
lautan. Karena tekanan udara diatas lautan lebih rendah (banyak tempat kosong
yang ditinggalkan oleh udara yang naik), maka udara dingin dari atas daratan
pun mengalir ke lautan untuk mengisi tempat yang kosong tersebut sehingga
terjadilah angin darat.
2.
Kondisi Topografi Daratan dan Lautan
Perubahan geologi di permukaan bumi
juga dapat mempengaruhi iklim global. Distribusi daratan benua dan cekungan
laut mempengaruhi pola sirkulasi atmosfer dan oseanografi global, dan bentuk,
atau topografi, dari permukaan bumi mengarahkan angin dan arus laut.
Menurut teori yang diterima secara
luas, dan didukung dengan baik dari lempeng tektonik , gerakan benua, samudera cekungan
membuka dan menutup, dan pegunungan terbentuk dari waktu ke waktu. Benua telah
diasumsikan konfigurasi baru di permukaan bumi sepanjang sejarah geologi, dan
ahli geologi tahu, dari pemeriksaan lingkungan fosil dan organisme, bahwa
pergerakan daratan memiliki efek iklim yang signifikan. Sebagai contoh, selama
Periode Cretaceous, sekitar 100 juta tahun yang lalu, benua menutupi kutub, dan
laut yang hangat disebut Teethes melingkari khatulistiwa. Periode intens
aktivitas gunung berapi ditambah gas isolasi ke atmosfer. Kapur adalah periode
terpanas dan paling basah dalam sejarah Bumi. Tidak ada bukti dari Kapur es di kutub , laut dangkal menutupi interior
benua banyak, dan tanaman tropis dan hewan hidup di semua benua.
Benturan benua India dengan Asia, dan pembentukan pegunungan
Himalaya sekitar 40 juta tahun yang lalu adalah contoh lain dari peristiwa
lempeng tektonik yang menyebabkan perubahan iklim yang signifikan. Himalaya
menghalangi angin khatulistiwa dan arus laut, dan berkontribusi terhadap
fenomena iklim utama, yaitu monsoon musim selatan Asia dan Samudera
Hindia, dan El Niño Osilasi Selatan di Samudra Pasifik.
Faktor
utama yang menentukan iklim global juga mempengaruhi iklim pada skala regional.
Iklim regional yang dipengaruhi oleh badan air dan
pegunungan. danau mengerahkan pengaruh yang
moderat pada iklim setempat, dengan cara yang mirip dengan bagaimana lautan
mempengaruhi iklim yang lebih besar. Danau
yang luas adalah contoh yang baik untuk
menunjukkan dampak dari danau pada iklim. Sama juga dengan Kondisi topografi daratan dan dasar laut yang tidak rata
atau seperti gunung akan mempengaruhi kecepatan angin dan arus laut (Knox, 2012)
3. Arus
Laut Hangat
Menurut
Oceanmotion (2012), Laut, atmosfer, dan
tanah berinteraksi dalam cara yang kompleks, menghasilkan iklim di mana
kehidupan tumbuh subur. Bahkan tampaknya perubahan kecil dalam satu wilayah
dapat memiliki efek riak, memicu perubahan di daerah lain. Sebagai contoh,
perubahan dalam distribusi air hangat di laut, seperti terjadi di Pasifik
tropis selama El Niño, mengubah pola penguapan dan pembentukan awan. Perubahan
ini pada gilirannya mempengaruhi pola curah hujan dan angin. Perubahan pola
angin dapat mempengaruhi arus permukaan laut dan upwelling, yang dapat
mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang ekosistem laut tergantung. Memahami koneksi
sangat penting karena kami bergulat dengan implikasi dari perubahan iklim dan
tindakan kita yang mungkin berkontribusi untuk itu.
Arus
laut membawa air hangat dari daerah tropis ke daerah dingin. Panas dari air
yang hangat lolos ke atmosfer karena perjalanan, menciptakan hangat, cuaca
Rainier daripada yang mungkin diharapkan. Upwellings sepanjang pantai
California membawa air dingin dari dasar laut. Inilah sebabnya mengapa pantai
sepanjang pantai Pasifik benua pernah benar-benar memiliki air hangat
(dibandingkan dengan pantai Atlantik) bahkan di musim panas. Angin membawa ini
suhu lingkungan ke daratan yang mengapa pantai California tetap dalam kisaran
antara sekitar 50-75 derajat sepanjang tahun. Iklim yang mengandalkan suhu air
laut di daerah pesisir dianggap "Maritim" iklim.
Pegunungan
Sierra pedalaman angkatan udara sampai lereng gunung, yang menghasilkan curah
hujan dan bayangan hujan di sisi bawah angin dari jangkauan. Iklim di daerah
ini sangat panas dan kering, sehingga di gurun di Amerika Serikat barat. Hal
ini dianggap sebagai "kontinental" iklim karena tidak benar-benar
terpengaruh oleh suhu laut. Iklim benua biasanya memiliki perubahan suhu yang
jauh lebih drastis tidak hanya dalam musim yang berbeda, tetapi juga diurnally
(setiap hari). Angin adalah hasil dari udara yang bergerak dari daerah yang
berbeda dari tekanan tinggi dan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan, semakin
kuat angin menjadi. Angin dan arus laut bertanggung jawab untuk
mendistribusikan suhu hangat dari khatulistiwa ke seluruh dunia.
Perairan laut terus-menerus dipindahkan sekitar oleh
arus kuat arus Permukaan sebagian besar didorong
oleh angin,. Meskipun rotasi
bumi, keberadaan benua, dan dinamika internal lautan 'juga memiliki pengaruh
yang kuat. Deep-laut mengalir (dan, pada tingkat lebih rendah, aliran
permukaan) didorong oleh perbedaan kerapatan yang dihasilkan oleh pemanasan dan
pendinginan dan dengan curah hujan dan penguapan (air garam dingin lebih padat
daripada air tawar-hangat). Perilaku atmosfer sangat mempengaruhi perbedaan
kepadatan. Misalnya, awan dapat mendinginkan laut dengan menghalangi sinar
pemanasan matahari atau mengurangi salinitas permukaan dengan membawa hujan.
Angin dapat mempengaruhi tingkat penguapan dengan meniup lebih kuat atau lebih
lemah.
Arus ini mempengaruhi iklim dengan mengangkut panas.
Arus horizontal, terutama yang bergerak utara atau selatan, dapat membawa air
hangat atau dingin sejauh beberapa ribu kilometer. Air tersebut kemudian dapat
menghangatkan udara dan secara tidak langsung ini berpengaruh terhadap kondisi
udara (Unep, 2012).
2.4 Akibat dari distribusi daratan dan lautan yang tidak menentu
Metrotvnews.com,
Aceh Tenggara: Banjir bandang menerjang tiga desa di Kabupaten Aceh
Tenggara, Aceh, Jumat (13/4). Banjir merusak sedikitnya 20 rumah warga di Desa
Krikit, sehingga ratusan warga korban banjir mengungsi.
Desa
Krikit Bur menjadi wilayah terparah diterjang banjir bandang. Seorang warga
Desa Sitir sempat mengabadikan detik-detik banjir bandang datang. Derasnya
banjir yang menutup seluruh badan jalan utama menuju Kutacane, Kabupaten Aceh
Tenggara.
Citra
satelit MTSAT pada sore hari jam 17 WIB menunjukkan adanya sistem awan
konvektif yang berada sepanjang aceh. Awan konvektif jenis Cumulonimbus ini
mengakibatkan hujan deras yang dapat berlangsung selama beberapa jam.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
·
iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi
cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu.
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi iklim di permukaan bumi antara
lain Kedudukan
Bumi terhadap Matahari, Lintang Tempat, Ketinggian Tempat, Distribusi Daratan
dan Lautan dan Peradaban Manusia.
·
Adanya perbedaan
penerimaan energi matahari pada daratan dan lautan akan berdampak pada suhu dan
tekanan yang mengakibatkan pergerakan angin,arus laut dan penyimpanan panas.
·
Kondisi topografi
daratan dan lautan yang tidak rata mengakibatkan perubahan arah dan kekuatan
pada angin dan arus laut di bumi.
·
Dari beberapa factor
tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah tentang iklim seperti terjadinya El
Nino-La Nina, Upwelling, dll.
DAFTAR
PUSTAKA
Diraja, Bonggo Surya. 2010. Variasi Iklim di Permukaan Bumi. http://ronsleo90.blogspot.com/2010/09/variasi-iklim-di-permukaan-bumi.html. diakses tanggal 11 September 2012.
Knox,
2012. Climate.http://itg1.meteor.wisc.edu/wxwise/AckermanKnox/index. Html. Diakses tanggal 11
September 2012.
Oceanemotion.2012.http://oceanmotion.org/index.html. Diakses tanggal 11
September 2012.
Olii. 2011. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Variasi Iklim di Permukaan Bumi. http://peri-laut.blogspot.com/2011/10/pengaruh-ketinggian-tempat-terhadap.html. Diakses tanggal 7 September 2012.
Rafi’I, 1995. Dasar-Dasar Klimatologi.
Agroklimatologi. Medan: USU
Unep.2012.http://www.unep.ch/iucc/fs002.html&usg=ALkJrhhTFV2DLq8aIeylKyD3TtLfx8_-hA. Diakses
tanggal 11 September 2012.
Winarso. 2003. Klimatologi. Jakarta : ITB
No comments:
Post a Comment