Ilmu Kelautan : Laporan Praktikum Ekologi Laut Tropis


LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG
EKOLOGI LAUT TROPIS

Oleh    :
KELOMPOK 14
Suci Alisafira                                    115080601111085
Fifi Widyan Yulia                   115080602111002
Vivin Avie Nur Aida             115080607111003
Kuncoro Aji                           115080607111014
Ibnu Sanggar Watasa         115080613111001
Macky Usmawati                 115080613111002
M. Alwi Zakaria                    115080613111003
Indah Marsa D.                    115080613111006
Elpin Yulianti                         115080613111008
Anjas Adhiatma                    115080613111010













PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG
EKOLOGI LAUT TROPIS
Oleh:
KELOMPOK 14




Suci Alisafira                           115080601111085
Fifi Widyan Yulia                     115080602111002
Vivin Avie Nur Aida                 115080607111003
Kuncoro Aji                             115080607111014
Ibnu Sanggar  Watasa            115080613111001
Macky Usmawati                    115080613111002
M. Alwi Zakaria                       115080613111003
Indah Marsa D.                       115080613111006
Elpin Yulianti                           115080613111008
Anjas Adhiatma                       115080613111010





Menyetujui,                                                                              Mengetahui,
Koordinator Asisten                                                                 Asisten Laporan


M. Alfianda Syarif                                                             Badrul Huda Husain
NIM.105080601111062                                                      NIM.115080601111013

KATA PENGANTAR


            Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya Laporan Praktikum Lapang Ekologi Laut Tropis dapat diselesaikan. Walaupun dalam pengerjaannya terdapat beberapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami atasi.
            Laporan ini berisi keterangan singkat dari pengamatan yang telah dilaksanakan saat mengikuti praktikum di pantai Kondang Merak, Malang. Setiap bab disusun secara sistematis, berisi landasan teori, alat dan bahan yang digunakan dalam praktik, metode kerja serta analisis data yang didapatkan saat melaksanakan praktikum.
            Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

                                                                                     Malang, 23 November 2012


                                                                                               Tim Penyusun
           

DAFTAR ISI







DAFTAR TABEL      



 

DAFTAR GAMBAR




1.     PENDAHULUAN


1.1.        LATAR BELAKANG

Konsep ekosistem merupakan suatu yang luas, karena di dalamnya terjadi hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara komponen-komponen penyusunnya, yang membentuk hubungan fungsional dan tidak dapat dipisahkan. Di dalam sebuah ekosistem terjadi transfer energi antara komponennya yang bersumber dari sinar matahari melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau berklorofil. Makhluk hidup lain yang tidak memiliki kemampuan berfotosintesis, menggunakan energi matahari ini dengan cara mengkonsumsi makhluk fotosintesis tersebut diatas. Dan begitu selanjutnya sehingga terbentuk suatu rantai makanan (Nontji,1987).
Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang lunak. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang keras (Gunawan,1995).

1.2.        MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diadakannya simulasi praktikum ekologi laut tropis di Gazebo FPIK UB,  Malang adalah agar para praktikan dapat memprediksi kerapatan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang buatan.
Tujuan diadakannya simulasi praktikum ekologi laut tropis di Gazebo FPIK UB, Malang adalah untuk mengetahui presentase penutupan ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove buatan.

1.3.        MANFAAT DAN KEGUNAAN

Dalam praktikum ekologi laut tropis praktikan dapat mengetahui dan mengenal tentang berbagai ekosistem baik mangrove, lamun, rumput laut, dan terumbu karang yang membentuk ekologi.
Agar praktikan mengetahui berbagai spesies dan biota di ekosistem  mangrove, lamun, rumput laut, dan terumbu karang. Serta mengetahui cara menghitung dengan rumus limpahan dan kerapatan di berbagai ekosistem.

1.4.        TEMPAT DAN WAKTU

Simulasi Praktikum ekologi laut tropis diadakan di Gazebo FPIK UB,  Malang pada tanggal  2 November 2012, pada pukul 13.00-15.30 WIB.
Praktikum ekologi laut tropis dilaksanakan di Pantai Kondang Merak Malang Selatan  pada tanggal 4 November 2012,pada pukul 07.00-14.30 WIB.




2.    TINJAUAN PUSTAKA


2.1.        EKOLOGI LAUT TROPIS

2.1.1.    MANGROVE

Description: LIPI Imbau Nelayan Pulau Buru Lindungi Mangrove
Text Box: Gambar 1 Mangrove





Ekosistem mangrove didefinisikan sebagai mintakat pasut dan mintakat supra-pasut dari pantai berlumpur dan teluk,goba,dan estuary yang didominasi oleh halophyta yakni tumbuh-tumbuhan yang hidup di air asin, berpokok, dan beradaptasi tinggi yang berkaitan dengan anak sungai, rawa, dan banjiran, bersama-sama dengan populasi hewan dan tumbuhan ( Romimohtatrto,2009).

2.1.2.   
Description: http://firmans08.files.wordpress.com/2010/03/3988398351_7fc81c9313.jpg?w=244&h=193

LAMUN


Text Box: Gambar 2 Lamun

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizome, daun, akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar,serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh pula akar. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut (Nontji,1987).

2.1.3.    RUMPUT LAUT

Algae termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relative tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar, batang dan daun. Tubuh ganggang secara keseluruhan disebut talus. Istilah ini juga digunakan kendati tumbuhan ganggang itu bersel tunggal. Algae diklasifikasikan, secara konvensional bersama-sama dengan bakteri dan fungi, ke dalam subregnum tumbuhan tak berpembuluh yang disebut Thallophyta.

2.1.4.    TERUMBU KARANG


Description: H:\gambar\karang.PNG

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel.Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi ( Ambalika, 2012).

2.2.        CIRI-CIRI EKOSISTEM LAUT TROPIS

Ekosistem laut tropis memiliki beberapa ciri yang berbeda dengan ekosistem laut di daerah lain seperti : sinar matahari terus menerus sepanjang tahun (hanya ada dua musim, hujan dan kemarau) hal ini merupakan kondisi optimal bagi produksi fitoplankton, memiliki predator tertinggi, jaring-jaring makanan dan struktur trofik komunitas pelagik, Secara umum terdiri dari algae, herbivora, penyaring, predator dan predator tertinggi, serta memilki tingkat keragaman yang tinggi dengan jumlah sedikit apabila dibandingkan dengan tipe daerah seperti subtropis dan kutub (den Hartog, 1977).

2.3.        RANTAI MAKANAN

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumberdaya tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-carnivora). Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi yang tersedia ( Surya,2012).

2.4.        FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKOLOGI LAUT    TROPIS


2.4.1.    FAKTOR FISIKA

Proses kehidupan dan kegiatan makhluk hidup pada dasarnya akan dipengaruhi dan mempengaruhi faktor-faktor lingkungan, seperti cahaya, suhu atau nutrien dalam jumlah minimum dan maksimum (Romimohtanto,2009).

2.4.2.    FAKTOR AKTIVITAS MANUSIA

Pada dasarnya secara alami kehidupannya dibatasi oleh: jumlah dan variabilitas unsur-unsur faktor lingkungan tertentu (seperti nutrien, suhu udara) sebagai kebutuhan minimum, dan batas toleransi tumbuhan terhadap faktor atau sejumlah faktor lingkungan (Anwar,2004).

2.4.3.    HUBUNGAN ANTARA EKOSISTEM MANGROVE, LAMUN DAN TERUMBU KARANG

Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di Pulau Curacao, Karibia (Syah,2012).

2.5.        MANFAAT

2.5.1. EKOSISTEM MANGROVE

Menurut Furkonabels, 2012 fungsi ekologis mangrove adalah :
·            Sebagai peredam gelombang (termasuk gelombang tsunami), angin dan badai
·            Melindungi daerah pantai dari bahaya abrasi
·            Sebagai penyerap nutrien organik, penahan lumpur dan perangkap sedimen

2.5.2. EKOSISTEM LAMUN

Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
1.      Sebagai produsen primer
            Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang.

2.5.3. EKOSISTEM RUMPUT LAUT

Rumput laut dan lamun memiliki berbagai fungsi ekologi yang vital dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung produktivitas perikanan pantai. Beberapa fungsi rumput laut dan lamun, yaitu: 1) sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sistem perakannya sebagai perangkap dan pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih; 2) lamun dan rumput laut menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non ikan (Azkab.1988).

2.5.4. EKOSISTEM TERUMBU KARANG


Ekosistem terumbu karang memberi manfaat langsung kepada manusia dengan menyediakan makanan, obat-obatan, bahan bangunan, dan juga bahan lain. Lebih penting lagi, terumbu karang menopang kelangsungan hidup ekosistem-ekosistem lain disekitarnya yang juga menjadi tumpuan hidup manusia (Romimohtatrto,2009).


3.  METODE PRAKTIKUM


3.1.      MANGROVE

3.1.1.   Alat dan Bahan

·                Alat
a)         Roll Meter                      : Mengukur luasan area praktikum
b)         Tali rafia                         : Membuat transek
c)         Pasak                             : Membuat transek dan menancapkan Transek
·                Bahan
a)         Mangrove            : Bahan yang akan diamati kepadatannya
3.1.2.   Prosedur Kerja

Disiapkan alat dan bahan
 


Dibuat transek 10x10 meter, 5x5 meter, 1x1 meter
                Diukur diameter pohon, belta, semai dengan ciri diameter lebih dari 10 cm, 2 - 10 cm, dan kurang dari 2 cm
                                 Ditentukan pohon,semai atau belta
                         Dicatat

Hasil
 
                         Dihitung kerapatan pohon jenis i


3.2.      LAMUN

            3.2.1.   Alat dan Bahan

·                Alat
a)         Roll Meter: Mengukur jarak tempat transek diletakkan
b)         Pipa Paralon                  : Membuat transek
c)         Akrilik                             : Mencatat hasil pengamatan
·                Bahan
a)         Lamun                  : Bahan yang akan diamati kepadatannya

3.2.2. Prosedur kerja

 

                         Ditarik transek garis 10 meter dari pantai kearah laut
                         Diletakkan transek kuadrat pada titik 0,5 dan 10 meter
                         Minimal dilakukan 4 pengulangan transek kuadrat disetiap stasiun
Diamati dan dicatat dengan teliti jenis – jenis lamun yang ditemukan


3.3.      RUMPUT LAUT

            3.1.1 Alat dan Bahan

·                Alat
a)         Roll Meter                      : Mengukur jarak tempat transek diletakkan
b)         Pipa Paralon                  : Membuat transek
·                Bahan
a)         Rumput Laut                  : Bahan yang akan diamati kepadatannya



3.2.2. Prosedur kerja


Dibuat line transeksepanjang 30m kea rah laut
Dibuat transek 1x1m di setiap line transek dengan jarak @10m
Diamati rumput laut yang berad ada di dalam transek
Diambil rumput laut tersebut sebagai sample
Diambil hewan yang ditemukan dalam transek
Diidentifikasi sample hewan yang ditemukan
Dihitung indeks keragaman, kelimpahan dan homogenitas
Dicatat hasil diidentifikasi

3.4.      TERUMBU KARANG

3.4.1    Alat dan Bahan

·           Alat
a)      Roll Meter                                    : Untuk transek
b)      Alat tulis                            : Mencatat hasil praktikum
c)      Akrilik                               : Mencatat hasil pengamatan
d)      Alat selam dasar              : Untuk  membantu berenang
·           Bahan
a)      Terumbu karang              : Bahan yang akan diamati kepadatannya

3.4.2    Prosedur Kerja



            Ditarik transek garis searah vertikal pantai sepanjang 10 meter
Dicatat kategori / bentuk pertumbuhan karang yang berada tepat dibawh garis transek dengan akurasi 0,5 cm
Diidentifikasi jeniskarang yang berada di bawah transek ( jika mengetahui jenisnya )
Hati – hati jangan sampai menginjak karang atau     mematahkannya
           

4. DATA  HASIL PENGAMATAN


4.1 Data Pengamatan

4.1.1  Mangrove

Pada pengamatan identifikasi mangrove didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1 Identifikasi Mangrove
Ukuran Transek
Jenis Mangrove
∑pohon
Diameter rata-rata
1x1
Xylocarpus molucensis
1
61
5x5
Xylocarpus rumpii
2
5,83
10x10
Nypa fruiticans
2
1,5
  • Transek 1
Ukuran Transek
Jenis Mangrove
∑pohon
Diameter rata-rata
1x1
Aegiceras corniculatum
1
16
5x5
Bruguiera gymnorrhyza
2
12
10x10
Xylocarpus rumpii
4
12
·         Transek 2
Keterangan:
1x1      : semai
5x5      : belta
10x10  : pohon

4.1.2 Lamun

Dari pengamatan lapang yang dilakukan pada transek kuadrat berukuran 1m x 1m (100 m2) diperoleh data hasil pengamatan yang terlampir pada tabel berikut :
Tabel 2 Data Lamun
0
1
2
1
0
0
1
1
1
0
0
0
4
0
0
0
2
3
3
5
5
2
0
2
5
3
2
1
1
1
5
2
2
2
1
1
2
0
0
0
1
0
1
1
4
5
5
5
4
3
2
4
5
5
4
3
0
0
2
3
1
5
5
5
4
5
4
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
3
1
1
1
1
0
0
0
2
1
3
0
1
1
4
0
1
0
1
5
5

4.1.3 Rumput Laut

Dari pengamatan lapang yang dilakukan pada transek kuadrat berukuran 1 x 1 m(100 m2) diperoleh data hasil pengamatan yang terlampir pada tabel berikut :
Tabel 3 Data Nilai Mangrove
0
3,13
0
0
0
3,13
9,38
0
3,13
0
0
0
0
3,13
9,38
18,75
9,38
3,13
18,75
9,38
0
3,13
9,38
3,13
9,38
18,75
3,13
18,75
9,38
3,13
9,38
3,13
18,75
9,38
18,75
9,38
18,75
9,38
3,13
18,75
9,38
0
3,13
9,38
0
9,38
3,13
0
3,13
9,38
0
9,38
75
0
9,38
3,13
0
3,13
9,38
0
0
3,13
0
9,38
0
18,75
9,38
3,13
18,75
9,38
0
9,38
0
3,13
0
0
37,5
0
9,38
18,75
0
3,13
3,13
3,13
0
3,13
18,75
3,13
9,38
3,13
0
3,13
3,13
0
0
3,13
0
3,13
18,75
9,38

4.1.4 Terumbu Karang

            Data praktikum dengan transmeter 0-5 meter, ditemukan sand, 1 jenis tabulate, 1 jenis massive, 1 jenis foliose, 1 jenis branching, 1 jenis sub massive, dan alga. Data terumbu karang yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4 Data Terumbu Karang
Intercept
Length
Category (Lifeform)
T awal
T akhir
4 cm
92 cm
Cm
Other
92 cm
352 cm
 Cm
Tabulate
352 cm
534 cm
 Cm
Other

5. PENUTUP


5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Ekologi Laut Tropis adalah :
·         Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae.
·         Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis
·         Secara umum hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.
·         Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai pantai yang datar.
·         Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut.
·         Peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut :
ü  Sebagai produsen primer
ü  Sebagai habitat biota
ü  Sebagai penangkap sedimen
ü  Sebagai pendaur zat hara

5.2 SARAN

            Adapun saran yang didapat dari praktikum Ekologi Laut Tropis adalah diharapkan para praktikan agar dapat mengidentifikasi jenis mangrove dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan dalam pengidentifikasian. Serta dalam meneliti karang dan lamun diharapkan agar berhati-hati supaya tidak merusak ekosistem dari karang dan lamun tersebut. Serta diharapkan tidak telat dalam memberikan informasi baik tentang laporan maupun praktikum.



DAFTAR PUSTAKA


Ambalika,Indara.2012.Eksploitasi Terumbu Karang. http://www.ubb.ac.id/indexkarang.php. Diakses pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 13.00 WIB.
Anwar, C. 2004. Wanamina, Alternatif Pengelolaan Kawasan Mangrove BerbasisMasyarakat. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian Pemanfaatan Jasa Hutan dan Non KayuBerbasis Masyarakat sebagai Solusi Peningkatan Produktivitas dan Pelestarian Hutan. Cisarua, 12 Desember 2003: 21-26. Pusat Litbang Hutan danKonservasi Alam, Bogor.
Aswandy, I. 2003. Asosiasi Fauna Krustasea dengan Potongan-Potongan Lamun di Laut Dalam.JurnalOseanaVol XXVIII, No 4. ISSN 0216-1877.
Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di rataan terumbu di Pari Pulau Seribu.Dalam: P3O-LIPI, Teluk Jakarta: Biologi,Budidaya,Oseanografi,Geologi dan Perairan.Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Broto.2006. Ekosistem Laut. http://ilyas-xp.blogspot.com/2012/04/vbehaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 13.00 WIB.
Bustami, Afriadi.2005. Pesisir dan Laut Kita. http://kayaknyami.wordpress.com/2012/06/05/hubungan-ekosistem-mangrove-pada-padang-lamun-dan-terumbu-karang/ Diakses pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 13.00 WIB.
Darsidi, A. 1986. Perkembangan Pemanfaatan Hutan Mangrove di Indonesia.Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove, Denpasar, Bali. 5-8 Agustus1986.
Gunawan, H. 1995. Keragaman Jenis Ikan, Terumbu Karang dan Flora Fauna Hutan Mangrove, Taman Nasional Laut Bunaken-Manado Tua. LaporanPenelitian. Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang.
Hartog, C.den.1970. Seagrass of the World. North-Holland Publ.Co.,Amsterdam.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J .W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Romimohtarto, Kasijan. 2009. BIOLOGI LAUT Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut. Djambatan : Jakarta.
Romimohtarto. 2005. Biologi Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta.


Kata Kunci : Ilmu Kelautan, Laporan Praktikum, Ekologi Laut Tropis

No comments:

Post a Comment