SOSIAL BUDAYA PESISIR Perubahan Sosial Perubahan Perilaku Masyarakat Kawasan Pesisir Akibat Penurunan Pendapatan Sebagai Dampak Abrasi Dan Rob Di Kabupaten Demak

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Peningkatan pendapatan oleh masyarakat sering kali tidak memperhitungkan akibat yang ditimbulkan, terutama dampaknya terhadap ekologis, yang secara simultan berdampak terhadap sosial ekonomi secara menyeluruh. Kemajuan yang pesat dibidang teknologi memicu masyarakat ikut serta memacu meningkatkan pendapatannya dengan berbagai cara yaitu dengan melibatkan keseluruhan aspek kehidupan di lingkungannya.
Kondisi saat ini di areal pesisir dan pertambakan telah terkikis (abrasi pantai) dan rob yang lebih dalam ke daratan. Tambak-tambak udang yang terkikis menjadi hilang dan berubah kondisinya menjadi laut dan akibat pemanasan global menyebabkan air masuk lebih dalam. Hilangnya tambak akibat terkikis, menghilangkan pendapatan sebagian petani tambak yang dahulunya termasuk golongan petani ‘kaya” menjadi tidak “kaya”. Kondisi ini akan mengubah perilaku petambak yang tadinya sebagai “juragan” berubah menjadi “bukan juragan”.
Perubahan pendapatan atau sumber mata pencaharian akan mengubah kondisi masyarakat dan selanjutnya mengubah perilakunya. Seperti perubahan yang terjadi sebelumnya, akibat “booming” udang windu/bego banyak muncul jutawan di daerah pesisir. Era tersebut di Demak banyak orang menunaikan ibadah haji sebagai “prestise sosial” yang tinggi dari hasil budidaya udang windu/bego, termasuk pada kondisi tersebut perubahan sifat konsumtif masyarakat yang meningkat. Perubahan-perubahan juga terjadi terhadap pandangan-pandangan masalah sosial seperti pendidikan, struktur sosial, kelembagaan, keagamaan, kesehatan, pranata sosial, nilai, norma dan lain-lain. Dengan perubahan kondisi pendapatan yang sebaliknya yaitu pendapatan masyarakat menurun tentunya akan mempengaruhi perilaku sosialnya.
Perubahan perilaku masyarakat dapat bersifat intern maupun ekstern dan dapat bersifat positif maupun negatif. Intern dalam arti perilaku keseharian yang menyangkut diri sendiri seperti rasa apatis, apriori, traumatik dan lain-lain, sedang ekstern adalah perilaku keseharian yang menyangkut terhadap orang lain baik di dalam keluarga maupun luar keluarga seperti kerjasama, paternalistis dan lain-lain.
Peningkatan pendapatan mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang ke arah konsumtif, pemikiran yang lebih maju dan merubah perilaku sosial secara menyeluruh. Namun sebaliknya kondisi saat ini di kawasan pertambakan Demakmengalami pendapatan yang menurun atau dapat dikatakan kesejahteraannya menurun, maka yang terjadi adalah munculnya kemiskinan baru, daya serap tenaga kerja menurun dan masyarakat kawasan pesisir yang terimbas ikut menurun. Perubahan pendapatan akan mengubah perilaku masayarakat tersebut. Perubahan tersebut dapat bersifat positif yaitu menanggapi perubahan sebagai suatu tantangan untuk maju atau sebagai motivasi untuk lebih baik, namun dapat sebaliknya menjadi negatif jika tanggapan perubahan menjadikan dirinya apriori, apatis, acuh tak acuh dan sebagainya yang justru menjadikan dirinya semakin terpuruk.
Usman (2003) mengemukakan bahwa lingkungan alam sekitar akan membentuk sifat dan perilaku masyarakat. Lingkungan fisik dan biologi mempengaruhi interaksi sosial, distribusi peran sosial, karakteristik nilai, norma sosial, sikap serta persepsi yang 3 melembaga dalam masyarakat. Dikatakannya pula perubahan lingkungan dapat merubah konsep keluarga. Nilai-nilai sosial yang berkembang dari hasil penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan dapat memacu perubahan sosial.
Masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif, dikemukakan oleh Suharti (2000) karena kondisi lingkungan pesisir yang panas dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) adalah karena kemudahan mendapatkan uang menjadikan hidup mereka lebih konsumtif.
Zamroni (1992) menyatakan bahwa perilaku sosial merupakan hubungan antara tingkah laku masyarakat dengan tingkah laku lingkungan. Indikator-indikator perubahan perilaku sosial berbeda-beda pandangan setiap ahli.
Jayasuriya dan Wodon (2003) melakukan riset di sejumlah negara menggunakan 2 kategori utama yaitu pendidikan dan kesehatan. Sedangkan Africa (2003) menggunakan indikator kebutuhan dasar minimum - sistim informasi data masyarakat (MBN-CBIS) dengan 3 indikator utama yaitu survival, security dan enabling. Usman (2003) memberikan 3 komponen utama dalam mengupas permasalahan di masyarakat yang terkait dengan kondisi lingkungan yaitu: demografi, ekonomi dan budaya.
Purba (2002) menyatakan berbagai persoalan sosial dalam pengelolaan lingkungan sosial antara lain: berkembangnya konflik atau friksi sosial, ketidakmerataan akses sosial ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran, meningkatnya angka kemiskinan, meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi, kesenjangan akses pengelolaan sumberdaya, meningkatnya gaya hidup (konsumtif), kurangnya perlindungan pada hakhak masyarakat lokal/tradisional dan modal sosial, perubahan nilai, memudarnya masyarakat adat, lemahnya kontrol sosial, perubahan dinamika penduduk, masalah kesehatan dan kerusakan lingkungan.
1.2  Rumusan Masalah
1.   Bagaimana perubahan pendapatan masyarakat kawasan pesisir akibat abrasi dan rob jika dilihat dari segi kepribadian sesuai dengan survey?
2.  Apa saja dampak yang dihasilkan dari perubahan pendapatan masyarakat kawasan pesisir akibat abrasi dan rob?
3.  Bagaimana kondisi dan pemanfaatan sumberdaya alam didesa yang telah dilakukan survey?
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan paper ini yaitu :
1.  Memenuhi tugas mata kuliah Sosial Budaya pesisir.
2.  Untuk mengetahui perubahan pendapatan masyarakat kawasan pesisir Demak.
3.  Dampak yang dihasilkan dari perubahan tersebut.
4.  Kondisi dan pemanfaatan sumberdaya di daerah tersebut










BAB II
PEMBAHASAN
21. Perubahan Masyarakat Kawasan Pesisir Akibat Abrasi dan Rob

Komoditi udang pada era awal 90-an di Kabupaten Demak mengalami booming permintaan dan harga yang dikatakan sebagai era “keemasan” petambak udang windu/bego. Hal ini membuat masyarakat berupaya meningkatkan produksinya semaksimal mungkin dengan berbagai cara dan berupaya alih kegiatan menjadi petambak udang. Era tersebut banyak petambak udang berubah statusnya menjadi lebih makmur.
Perubahan pendapatan masyarakat yang terjadi akibat abrasi dan rob yang lebih ke dalam masuk daratan di tiga desa sample yaitu desa Sriwulan kecamatan Sayung yang terletak di perbatasan dengan kota Semarang, desa Bedono Kecamatan Sayung dan Desa Babalan Kecamatan Wedung yang merupakan desa pantai berbeatasan dengan kabupaten Jepara, sebagai berikut
·            Umur Kepala Keluarga
Keluarga yang digunakan untuk penarikan sample memiliki kepala keluarga bukan pegawai. Dari hasil temuan umur kepala keluarga bervariasi dari 35 hingga 70 tahun. Diperoleh gambaran masih terdapat suami yang berusia muda, namun karena bergabung dengan orang tua, maka status mereka bukan kepala keluarga.

·         Pendidikan
Pendidikan kepala keluarga mayoritas tidak tamat SD, hanya sebagian kecil yang tamat Sekolah Dasar dan sebagian kecil lagi tamat Sekolah Lanjutan Pertama yaitu sekolah Madrasah Tsanawiyah. Letak desa dan kondisi masyarakat sangat mempengaruhi sudut pandang terhadap pendidikan, desa dekat kota meskipun pendapatan menurun mereka masih berorientasi pada sekolah-sekolah umum dan berharap untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, tetapi karena pendapatan yang menurun, jenjang pendidikan yang ditempuh sangat rendah. Desa yang berlokasi jauh dari kota (contoh: Desa Babalan, Wedung, Demak), lebih cenderung mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah agama seperti Madrasah Diniyah setara SD (jam belajar: 14.00 – 17.30), dan Madrasah Wusto setara SMP. Dan dilanjutkan ke pondok-pondok pesantren maupun Madrasah Al Uhya (setara SLA). Sekolah-sekolah tersebut bersifat swadaya masyarakat dan pengajarnya bersifat sukarela. Bagi anak-anak usia sekolah dasar yang keluarganya relatif mampu melakukan pembelajaran di SD negeri dan sore dilanjutkan ke Madrasah Diniyah, dan jika lulus melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah. Keluarga yang telah banyak mengalami penurunan pendapatan yang mengakibatkan kemiskinan, mereka tidak dapat melanjutkan sekolah hingga tamat SD dengan alasan membantu menambah pendapatan keluarga sebagai nelayan.
·         Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga relatif cukup banyak, meskipun telah mengalami penurunan pendapatan keluarga mereke masih memiliki kecenderungan untuk menambah anak, dengan alasan lebih pada pendekatan agamis, bahwa setiap anak membawa rejekinya masing-masing dan perolehan anak adalah sebuah rejeki yang diterima dari Tuhan dan harus dinikmati. Penurunan pendapatan tidak mempengaruhi pandangan mereka terhadap jumlah anak. Pada masayakat yang relatif mampu maupun miskin memiliki anak 2 - 6, dan ditemukan kepala keluarga dengan usia 45 tahun namun masih memiliki anak usia 2 tahun.
·         Jenis Pekerjaan dan Angkatan Kerja
Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat desa sampel adalah nelayan tangkap baik buruh maupun nakoda, nelayan jaring, nelayan “pasang”, petambak, atau pedagang ikan/udang. Dari temuan sampel sudah tidak ditemukan lagi petani pangan maupun non pangan, meskipun sebelumnya mereka adalah petani pangan dan palawijo. Para nelayan tangkap di ketiga desa sampel memiliki ciri yang relatif sama. Nelayan sampan (kapasiatas 1 - 2 orang) hanya melakukan penangkapan ikan jarak dekat artinya hanya sekitar kawasan pantai di sekitar mereka tinggal dan melakukan penangkapan ikan setiap hari jika memungkinkan. Hal yang tidak memungkinkan melakukan penangkapan adalah jika hari hujan turun deras. Hal ini berbeda dengan nelayan tangkap jauh yaitu yang menangkap ikan menjauh ke arah laut, apabila cuaca terlihat tidak memungkinkan, meskipun tidak turun hujan, mereka tidak pergi melaut. Nelayan sampan kebanyakan adalah bekas petambak yang telah hilang tambaknya akibat abrasi namun masih memiliki sampan dan alat tangkapnya, sedang nelayan tangkap adalah para nelayan lama yang sejak dahulu berprofesi sebagai nelayan. Namun petambak yang sudah tidak memiliki sampan, mereka melakukan pekerjaan apapun untuk dapat menopang hidup keluarganya (serabutan) dan lebih banyak sebagai buruh dan nelayan seser atau justru tanpa bekerja apapun dan mengandalkan keluarga lainnya untuk menopang hidupnya, meskipun berstatus Haji. Anak-anak nelayan di tiga desa memberikan gambaran yang berbeda terhadap jenis pekerjaan dan keinginan pekerjaan, meskipun sudut pandang mereka sangat tergantung dengan kondisi kesejahteraan keluarga. Anak-anak desa Sriwulan memiliki sudut pandang yang berbeda dibanding anak-anak di dua desa lainnya, yaitu lebih cenderung memilih jenis pekerjaan dikota atau menjadi buruh dan pegawai dibanding menjadi nelayan. Para orang tua di desa Sriwulan pada awalnya (sebelum musibah hancurnya tambak mereka) masih mengharapkan anak-anak mereka bekerja di pertambakan, karena kekayaan yang diperoleh dari tambak cukup menjajikan. Masyarakat desa Bedono dan Babalan relatif sama yaitu jenis pekerjaan yang diharapkan digeluti si anak adalah jenis pekerjaan disekitar mereka, yaitu dengan aktifitas pertambakan, meskipun memberikan hasil yang relatif kecil. Bagi nelayan tangkap meskipun secara khsusus memberikan kesempatan terhadap anak untuk bekerja sesuai keinginan, namun mereka memiliki kecenderungan mengharapkan anak-anak mereka juga bekerja sebagai nelayan. Hal ini dengan alasan karena tidak dapat menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi dengan alasan masalah ekonomi. Kesempatan kerja tampaknya relatif terbatas terutama di desa Bedono dan Babalan. Berbeda dibanding dengan desa Sriwulan yang suasana telah menjadi kota satelit, kesempatan kerja di luar kegiatan tambak dan nelayan relatif tinggi, seperti buruh bangunan, dagang, jasa, pengecer dan lain-lain. Khusus desa Babalan kesempatan kerja meskipun terbatas namun lebih menjanjikan untuk hidup dan tidak ada batasan adalah sebagai nelayan tangkap. Informasi dari perankat desa menyatakan bahwa apabila mau turun ke laut apapun kegiatannya dapat dipastikan memberikan hasil. Hal ini dapat dikatakan bahwa di pantai sangatlah mudah untuk memperoleh pendapatan meskipun kecil.
Angkatan kerja merupakan anak yang dapat bekerja dan memperoleh penghasilan dan secara umum usia angkatan kerja adalah 15 tahun ke atas. Hasil temuan menunjukkan usia kerja nelayan adalah 14 tahun, sedang untuk petani tambak menganggap usia kerja adalah 17 tahun. Pada kondisi khusus dimana ekonomi petani atau nelayan tergolong miskin akan memperkejakan anaknya dibawah usia tersebut.
·         Kepemilikan Lahan
Lahan yang diusahakan masyarakat adalah lahan sendiri, baik karena waris maupun beli. Lahan yang digunakan adalah tambak, baik tambak “lokasi” maupun tambak “alam”. Lahan sawah saat ini sudah tidak ditemukan lagi, baik telah berubah fungsi menjadi tambak maupun yang sudah tenggelam menjadi laut. Lahan sawah yang tenggelam menjadi laut hanya terdapat di Desa Sriwulan, sedang di dua desa lainnya tidak ditemukan. Tidak ditemukan lagi transaksi kepindahan hak milik penguasaan lahan tambak sejak fenomena abrasi terjadi.
·         Pendapatan
Pendapatan nelayan saat ini relatif kecil dibanding dengan beberapa tahun sebelumnya. Pendapatan berbagai jenis pekerjaan juga membedakan pendapatan mereka maupun perubahan pendapatan mereka. Para petambak lebih besar perubahannya dibanding dengan nelayan tangkap. Rata-rata petambak memberikan argumen bahwa pendapatan mereka turun berkisar antara 60 – 80 persen, sedang nelayan penurunan pendapatan mereka relatif lebih kecil berkisar antara 25 – 50 persen dari sebelumnya, meskipun dinyatakan harga per unit produk naik. Perubahan pendapatan ini terutama disebabkan adanya rob sehingga budidaya tambak, baik bandeng maupun udang mengalami penurunan akibat kualitas air yang tidak baik (lebih salin). Berbeda dengan petambak yang telah hilang tambaknya, mereka telah betulbetul tidak memperoleh pendapatan dari hasil tambak, dan penghasilan yang diperoleh adalah dari buruh serabutan. Beberapa temuan yaitu di desa Bedono dan Sriwulan pendapatan mereka berkisar antara Rp 2.500 – Rp 50.000 per hari dan fluktuatif. Berbeda dengan nelayan sampan dan nelayan jaring, pendapatan mereka relatif stabil dan cukup besar yaitu berkisar antara 25.000 – 60.000 per hari dan dapat dimungkinkan melakukan aktifitas setiap hari selama setahun. Desa Babalan lebih sedikit pendapatan yang diperoleh, nelayan pasang memiliki pendapatan berkisar antara Rp 12.500 – Rp 75.000 dan sangat tergantung dengan musim. Nelayan sering menyebut dengan nama musim kesongo sebagai musim panen dimana udang dan ikan kecil dari laut banyak ke arah daratan dan tertangkap di sekitar pantai dan muara sungai. Perubahan pendapatan meskipun tidak digambarkan secara jelas, namun dari beaya sewa (pajak) pasang jaring tangkap di muara sungai pada periode sebelumnya mencapai Rp 12 juta per tahun per patok, kini hanya Rp 2,5 juta per tahun per patok.
·         Kesehatan
Permasalahan kesehatan dapat dikatakan relatif rumit, karena sangat terkait dengan lingkungan dan ekonomi. Dalam menjaga kesehatan para petani dan nelayan tidak melakukan kegiatan khusus, karena kehidupan mereka yang cukup keras artinya setiap langkah kehidupan mereka adalah untuk memperoleh penghasilan. Warga masyarakat dalam mengatasi sakit yang dideritanya berbeda sesuai dengan karakteristik desa. Warga desa Sriwulan memiliki fasilitas kesehatan lebih baik, cenderung memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Namun dengan alasan ekonomi, mereka menganggap dirinya tidak mampu maka mereka melakukan pengobatan sendiri dengan obat-obat yang dijual bebas sampai batas terntentu kemudian dilakukan perawatan yang lebih baik jika sakit parah. Terlebih akibat penurunan pendapatannya, para nelayan lebih memprioritaskan konsumsi pangan, sehingga sakit yang tidak parah akan dilakukan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas.
·         Kepemimpinan
Pranata kepemimpinan warga desa sampel relatif tidak berubah dari tahun ke tahun. Masyarakat membedakan kepemimpinan bidang agama dan kepemimpinan bidang administrasi sosial. Jika masalah dihadapi adalah masalah agama, maka mereka akan melakukan pendekatan dengan pemimpin agama, dan sebaliknya jika permasalahan yang dihadapi adalah masalah administrasi maka mereka melakukan pendekatan melalui perangkat desa. Konflik sosial yang terjadipun sudah tidak menggunakan fasilitas kepemimpinan agama. Sebagai contoh perselisihan akibat penggunaan lahan atau penyerobotan ikan ke penguasaan orang lain, yang dapat berbuntut pada konflik sosial yang lebih jauh, pendekatan atau penyelesaian yang terjadi sudah tidak menggunakan tokoh-tokoh sentra agamis, namun menggunakan perangkat desa, sehingga dapat dikatakan kepemimpinan yang dianut dalam konflik sosial yang terjadi adalah menggunakan kepemimpinan formal.
·         Pranata Pernikahan
Masyarakat memiliki pandangan yang berbeda dalam pernikahan. Masyarakat desa Sriwulan memiliki karakteristik yang relatif berbeda dibanding dengan dua desa lainnya. Pernikahan secara umum sama dalam kegunaannya yaitu untuk membentuk sebuah keluarga baru. Namun usia pernikahan di kedua kelompok desa tersebut berbeda. Desa Sriwulan yang relatif sudah terpengaruh oleh masyarakat perkotaan memandang usia pernikahan relatif lebih tua dibanding dua desa lainnya, yaitu usia pernikahan untuk wanita di atas 16 tahun, sedang pria di atas 17 tahun. Sedangkan masyarakat desa Bedono dan Babalan memiliki kesamaan dalam usia siap nikah, yaitu wanita dapat dilakukan pernikahan di usia 14 tahun, sedang laki-laki di atas 17 tahun.
Para orang tua di desa Bedono dan Babalan memiliki kecenderungan segera melepas anaknya untuk menikah dan tidak perlu membiayai lagi atau menjadi beban keluarga. Sehingga apabila terdapat lamaran atau peminangan anak wanitanya kapanpun akan diterima untuk diserahkan guna dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Sedangkan untuk anak laki-laki, masyarakat desa Bedono dan Babalan memiliki kecenderungan menunda atau semakin tua semakin baik. Hal ini ditujukan untuk turut serta menopang kehidupan keluarga. Akibat penurunan pendapatannya para orangtua di ketiga desa memiliki pandangan segera menikahkan anak perempuan mereka agar tidak menajdi tanggungan keluarga.
·         Organisasi Sosial
Organisisai sosial yang ada telah mengalami penurunan sebagai akibat kondisi sosial yang kurang menguntungkan yaitu berkurangnya kesejahteraan mereka akibat abrasi dan rob. Pada era sebelum musibah organisasi kesenian, seperti Qasidah dan Rebana dimiliki dan aktif di semua desa, namun setelah terjadinya perubahan kondisi masyarakat dengan meningkatnya kemiskinan, organisasi kesenian tersebut sudah tidak aktif lagi, meskipun secara administrasi statistik masih terdaftar. Kelompok kesenian yang tersisa yaitu di desa Sriwulan dan Desa Bedono merupakan kelompok perorangan yang bersifat komersil. Organisai sosial yang tersisa bersifat sosial agama, seperti majlis pengajian Yasinan, maupun kelompok pengajian rutin keliling.
·         Sikap
Sikap warga masyarakat terhadap lingkungan sosialnya merupakan tanggapan terhadap perilaku masyarakat lain. Secara umum dari ketiga desa Sampel, masyarakatnya relatif tidak mengalami perubahan sikap terhadap warga masyarakat lainnya. Rasa gotong royong, toleransi dan peduli dengan tetangga masih tinggi namun tingkat kepeduliannya menurun. Secara umum sifat yang dimiliki masyarakat pesisir yaitu konsumtif tanpa perencanaan masih tampak. Sifat ini sering disebut dengan istilah “wani sebrakane”, yaitu berani membelanjakan uang yang ada sekarang tanpa memperhitungkan di kemudian hari, dan bahkan melakukan kredit tanpa perencanaan.

2.2  Dampak Yang di Hasilkan Akibat Penurunan Pendapatan Akibat Abrasi dan Rob
Lingkungan alam sekitar akan membentuk sifat dan perilaku masyarakat. Lingkungan fisik dan biologi mempengaruhi interaksi sosial, distribusi peran sosial, karakteristik nilai, norma sosial, sikap serta persepsi yang melembaga dalam masyarakat. Dikatakannya pula perubahan lingkungan dapat merubah konsep keluarga. Nilai-nilai sosial yang berkembang dari hasil penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan dapat memacu perubahan sosial. Masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif karena kondisi lingkungan pesisir yang panas dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) adalah karena kemudahan mendapatkan uang menjadikan hidup mereka lebih konsumtif. Disamping itu berbagai persoalan sosial dalam pengelolaan lingkungan sosial antara lain: berkembangnya konflik atau friksi sosial, ketidakmerataan akses sosial ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran, meningkatnya angka kemiskinan, meningkatnya kesenjangan sosial ekonomi, kesenjangan akses pengelolaan sumberdaya, meningkatnya gaya hidup (konsumtif), kurangnya perlindungan pada hak-hak masyarakat lokal/tradisional dan modal sosial, perubahan nilai, memudarnya masyarakat adat, lemahnya kontrol sosial, perubahan dinamika penduduk, masalah kesehatan dan kerusakan lingkungan

2.3  Kondisi dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Desa Sriwulan dan desa Bedono mengalami perubahan kondisi sumberdaya yang relatif sama, yaitu wilayah yang dahulunya merupakan lahan pertambakan menjadi laut atau pantai, lahan yang dahulunya merupakan lahan sawah telah berubah menjadi lahan tambak. Sedangkan desa Babalan perubahan lahan sawah menjadi laut tidak terjadi, yang terjadi adalah perubahan lahan tambak yang menjadi laut dan lahan sawah menjadi lahan tambak. Terjadinya perubahan lahan relatif hampir bersamaan, perubahan lahan sawah menjadi tambak terjadi mulai 1993 akibat konversi menjadi tambak udang yang lebih menguntungkan. Namun pada 1995 akibat rob yang lebih jauh ke dalam mengakibatkan lahan sawah terkena air asin sehingga tidak dapat ditanami dengan jenis tanaman darat. Hal ini menyebabkan petani mengkonversikan menjadi lahan tambak murni tanpa tanaman. Dengan semakin jauhnya rob ke daratan mengakibatkan lahan tambak darat ikut terimbas air laut, sehingga tanaman darat mati. Dan sejak 2000 di desa Sriwulan dan Bedono, tambak-tambak mulai tenggelam, dan batas antar tambak banyak yang sudah tidak tampak sehingga batas kepemilikan menggunakan waring (jaring). Khusus di desa Bedono terdapat dua dusun (perkampungan) yang telah terkena rob cukup dalam sehingga sebagian rumah-rumah penduduk secara rutin lantainya tenggelam di saat rob muncul dan keadaannya basah (becek) setiap saat. Potensi sumberdaya alam yang tersisa di ketiga desa adalah sumberdaya alam yang berkaitan air laut. Jenis tanaman yang tersisapun jenis tanaman yang tahan terhadap air laut, seperti jenis tanaman mangrove yaitu bakau dan api-api dan yang sedikit toleran dengan air laut seperti tanaman waru dan tanaman turi. Tanaman yang berpotensi menghasilkan dan diharapkan dapat dikembangkan secara komersial adalah tanaman api-api yang menghasilkan buah “brayo”. Buah ini secara tradisional dimanfaatkan sebagai makanan ringan karbohidrat yaitu direbus dan dimakan bersama parutan kelapa dan sebagian telah diperdagangkan. Hingga saat ini buah “brayo” belum dimanfaatkan selain tersebut di atas, namun sangat berpotensi untuk dimanfatkan dan dikomersialkan untuk diolah lebih lanjut menjadi pangan lain, seperti emping atau yang lainnya. Potensi alam baik tambak udang bego maupun tambak bandeng telah mengalami penurunan produktivitas. Penurunan ini oleh petani tambak dianggap telah menurun hingga yang tersisa sekitar 20 %. Berbeda dengan tambak-tambak alam udang bego, dimana tambak-tambak yang tersisa masih dapat diharapkan dari hasil rob dengan ratarata per hari diperoleh 0,5 – 2 kg per hektar per hari, meskipun dianggap telah turun mencapai 50 %.

2.4  Fenomena yang muncul
Fenomena-fenomena yang muncul di kalangan petani dan nelayan yang mengalami rob dan abrasi sangat bervariatif. Secara umum perubahan perilaku mereka mengarah negatif, yaitu para petani dan nelayan menjadi terpuruk. Meskipun secara keahlian mereka bertambah yaitu yang sebelumnya bukan nelayan, saat ini menjadi nelayan. Desa Babalan dalam menghadapi rob tidak menjadi masalah, karena kejadian rob dianggap kejadian yang biasa mereka alami. Yang menjadi masalah adalah bahwa rob yang datang bersifat menghancurkan tambak-tambak mereka. Pada era sebelumnya yaitu di tahun-tahun sebelum 1995 rob yang datang justru diharapkan, karena rob tersebut membawa udang bego dan ikan-ikan kecil yang terjebak di tambak-tambak mereka. Di lain pihak rob yang datang juga membawa lumpur yang dapat menjebak jenis ikan dan udang tersebut di tambak dan tambak-tambak dapat terbentuk atau bertahan. Namun dengan berjalannya waktu, rob yang datang saat ini tidak membawa lumpur namun justru mengikis tanggul-tanggul tambak dan rob yang datang menjadi lebih banyak sebagai akibat pemanasan global akibatnya tambak terabrasi dan tenggelam. Para pemilik tambak yang dahulunya dapat menikmati hasilnya dengan baik kini sudah tidak dapat melakukan aktifitas yang memadai, karena disamping terganggu jiwanya juga tidak memiliki keahlian lain. Akibatnya beberapa orang mengalami gangguan kejiwaan (stress) dan beberapa orang melakukan kegiatan apa adanya agar mendapatkan penghasilan. Desa Bedono dan desa Sriwulan tidak hanya mengalami rob namun sekaligus mengalami abrasi tambak yang mengakibatkan tenggelamnya tambak cukup luas. Perubahan perilaku relatif sama dengan yang terjadi di desa Babalan. Para petani tambak ini mengalami gangguan kejiwaan (stress) sehingga mereka bingung untuk melakukan kegiatan atau aktifitas yang menguntungkan lainnya. Perbedaan yang ada dibanding di desa Babalan adalah para petani tambak di dua desa ini dahulunya merupakan “juragan”, artinya segala aktifitas tambak menggunakan tenaga buruh dan tidak melakukan aktifitas tambak sendiri (dikerjakan orang lain). Namun akibat tenggelamnya tambak mereka dan tidak dapat memperoleh pendapatan dari tambak, maka para “juragan” ini melakukan kegiatan serabutan sebagai buruh untuk memperoleh pendapatan guna menghidupi keluarga mereka. Aktifitas tersebut dapat berupa menjadi buruh bangunan, berdagang maupun nelayan “seser’. Sedangkan petani dan nelayan yang masih memiliki tambak-tambak yang tersisa, saat ini tidak diburuhkan, artinya segala aktifitas ushatani tambak dikerjakan sendiri. Hal ini disebabkan produktifitas rendah yang mengakibatkan pendapatan rendah sehingga tidak mampu membayar tenaga kerja upahan. Kondisi petani dan nelayan yang kehilangan matapencaharian, terutama yang tidak mampu bekerja karena gangguan kejiwaan, lebih mengandalkan bantuan dari kerabatnya, meskipun demikian penampakan warga tersebut masih berusaha menunjukkan seolah-olah dirinya adalah juragan



BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
·         Secara umum para petani tambak dan nelayan yang mengalami penurunan pendapatan akibat abrasi tambak dan rob mengalami perubahan perilaku yang bersifat negatif yaitu apriori, apatis dan mengalami gangguan jiwa.
·         Perubahan mata pencaharian petani dan nelayan yang hilang tambaknya adalah menjadi buruh serabutan, nelayan seser ataupun nelayan tangkap (sampan dan jaring) sedang petambak yang tersisa, dahulu juragan, berubah menjadi petani penggarap.
·         Pendidikan relatif rendah disamping karena budaya juga diperparah akibat kemiskinan yang muncul. Pendidikan jalur agama Islam (MD, MW dan Pondok Pesantren) dianggap lebih penting dibanding pendidikan formal. Akibat penurunan 12 pendapatan para nelayan dan petani tambak tidak dapat menyekolahkan anaknya lebih tinggi.
·         Lahan tambak yang tersisa saat ini berstatus lahan milik sendiri dan tidak ada yang berstatus penyakap maupun penyewa. Penghasilan nelayan turun antara 25 – 50 % sedang pendapatan petambak turun antara 60 – 80 %.
·         Potensi sumberdaya alam yang memungkinkan untuk diberdayakan guna meningkatkan pendapatan petani dan nelayan disamping laut dan tambak tersisa adalah buah tanaman api-api (buah “brayo”) yang dapat dijadikan sebagai emping atau makanan ringan lainnya, disamping tanamannya sebagai konservasi lahan.
DAFTAR PUSTAKA
Africa, T., 2003. Social Statistics in the Development Agenda: Two Cases for Relevance Suistainability. United Nations statistics Division, Paper at presented at the Expert Group Meeting on Setting the Scope of Social Statistics, United Nations, New York, 6-7 Mey 2003.
Jayasuriya, R. and Q. Wodon, 2002. Explaining Country Efficiency in Improving Health and Education Indicato: The Role of urbanization. The World Bank.
Purba, Johny, 2002. Pengelolaan Lingkungan sosial. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,156.
Suharti, 2000. Potret Nelayan Kenjeran. Socialforum.hyoermart.net/_cusudi/00000007.htm
Tim Peneliti Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper. 2003. Pola Pengelolaan
Pantai Utara Jawa Tengah. (Laporan Sementara). Instiper. Yogyakarta.
Usman, S. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 310 hal
Zamroni, 1992. Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Tiara FWacana, Yogyakarta. 208 hal.

 

 

 

 

 


 

MALANG : Persewaan / Rental LCD Proyektor di Malang

Kami jasa persewaan LCD Proyektor di Malang SAHABAT RENTAL. Melayani penyewaan ekonomis untuk LCD Proyektor / Infocus untuk kota Malang, Batu & sekitarnya. Berpengalaman dalam sewa alat multimedia & LCD Proyektor murah terjangkau di Malang untuk berbagai keperluan Anda seperti Nobar, Seminar, Pernikahan, dan lain-lain.

CP HP/WA : 085736811465 atau KLIK WA

1. Prosedur Penyewaan/booking
  1. Hubungi CP di atas terlebih dahulu untuk booking alat dan jadwal sewa sebelum hari H.
  2. Bila tambah masa sewa, hubungi kami sebelum masa sewa habis.
  3. Jika melebihi masa sewa, maka akan dikenai sewa atau paket selanjutnya.
2. LCD Proyektor (Sedia Banyak Unit) dan Perlengkapan yang disewakan :
  1. INFOCUS 
  2. BenQ
  3. EPSON
  4. Dan lain-lain
  5. Perlengkapan : LAYAR SCREEN, KABEL HDMI/VGA PANJANG, SPLITER, DLL
proyektor malang, lcd malang, malang proyektor, malang lcd, sewa proyektor murah malang, rental lcd malang, rental proyektor murah malang, sewa lcd malang, sewa lcd proyektor malang, rental lcd proyektor malang, sewa lcd proyektor
TERIMA KASIH 
SAHABAT RENTAL MALANG

Kata Kunci : proyektor malang, lcd malang, malang proyektor, malang lcd, sewa proyektor murah malang, rental lcd malang, rental proyektor murah malang, sewa lcd malang, sewa lcd proyektor malang, rental lcd proyektor malang, sewa lcd proyektor

Meterologi laut : Distribusi daratan dan lautan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya. Iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas (Olii, 2011).
Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.
Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis diatmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah adausaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itumatahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu (Winarso, 2003).
Iklim memiliki variasi di permukaan bumi diantaranya karena kedudukan bumi terhadap matahari, yaitu adanya proses revolusi dan rotasi serta lokasi-lokasi yang terbagi menjadi lintang tempat yang berbeda. Selain itu karena jarak bumi terhadap matahari, distribusi daratan dan lautan, serta ketinggian tempat. Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan penambahan gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut.
1.2  Rumusan Masalah
Guna  membatasi meluasnya permasahan yang akan dibahas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah  ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan iklim?
2.      Apa perbedaan distribusi daratan dan lautan?
3.      Apa saja faktor distribusi daratan dan lautan bagi bumi.?
4.      Apa saja akibat dari distribusi daratan dan lautan yang tidak menentu?
1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan paper ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui pengertian iklim.
2.      Untuk mengetahui perbedaan distribusi daratan dan lautan
3.      Untuk mengetahui faktor distribusi daratan dan lautan bagi bumi.
4.      Untuk mengetahui akibat dari distribusi daratan dan lautan yang tidak menentu.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Iklim
Menurut Winarso (2003) dalam Diraja (2010), cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu.
 Iklim didefinisikan sebagai berikut :
·      Sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
·      Konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).
·      Peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Gibbs,1987).
Dalam pengertian lain Trewartha and Horn (1995) mengatakan bahwa iklim merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer di dalam suatu kawasan tertentu dalam jangka waktu yang panjang.

2.2       Perbedaan distribusi daratan dan lautan

Distribusi daratan dan lautan juga berperan penting dalam mempengaruhi variasi iklim di permukaan bumi. Terutama lautan sebagaimana kita tahu bahwa 2/3 dari bumi adalah lautan,maka laut selama ini merupakan pengatur rezim iklim bumi. Dapat kita ketahui perbedaan lautan dan daratan,antara lain:
1.       Daratan tersusun oleh partikel-partikel padat maka dari itu daratan lebih cepat panas namun kemampuan menyinpan panas terbatas. Jadi, daratan daratan cepat panas juga cepat dingin. Sehingga pada siang hari daratan suhunya lebih panas dibandingkan lautan, namun sebaliknya pada malam hari. Pada malam hari daratan lebih dingin suhunya dibandingkan dengam lautan sehingga tekanan udara di atas daratan lebih tinggi di banding lautan.
2.       Lautan tersusun atas partikel-partikel cair yang mengakibatkan bila lautan terkena sinar matahari,panas yang di terima akan disebarkan ke lingkungan sekitarnya. Jadi, lautan lambat panas namun lambat pula melepaskan panas. Laut juga berperan dalam membawa panas dari ekuator ke daerah lintang sedang dan daerah lintang tinggi(kutub). Sebagaimana kita ketahui, intensitas cahaya matahari yang diterima daerah lintang sedang dan daerah lintang tinggi  lebih sedikit dibandingkan dengan daerah equator yang mana penyebaran panas di bantu oleh air laut.

2.3       Faktor-faktor distribusi daratan dan lautan bagi bumi

1.      Perbedaan Penerimaan Energi Matahari
Distribusi daratan dan lautan berperan penting dalam mempengaruhi variasi iklim di permukaan bumi. Terutama lautan sebagaimana kita tahu bahwa  dari bumi adalah lautan. Maka laut selama ini merupakan pengatur rezim iklim bumi. Iklim adalah konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Perbedaan lautan dan daratan antara lain :
Daratan tersusun oleh partikel-partikel padat maka dari itu daratan lebih cepat panas namun kemampuan menyimpan panas terbatas. Jadi daratan daratan cepat panas juga cepat dingin. Sehingga pada siang hari daratan suhunya lebih panas dibandingkan lautan dan sebaliknya pada malam hari. Pada malam hari daratan lebih dingin suhunya dibandingkan dengan lautan sehingga tekanan udara di atas daratan lebih tinggi di banding lautan.
Lautan tersusun atas partikel-partikel cair yang mengakibatkan bila lautan terkena sinar matahari, panas yang diterima akan disebarkan ke lingkungan sekitarnya. Jadi lautan lambat panas namun lambat pula melepaskan panas. Laut juga berperan dalam membawa panas dari equator ke daerah lintang sedang dan daerah lintang tinggi (kutub). Intensitas cahaya matahari yang diterima daerah lintang sedang dan daerah lintang tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan daerah equator yang mana penyebaran panas dibantu oleh air laut.
Daratan dan lautan memiliki perbedaan dalam penerimaan energy matahari. Contohnya terjadi angin laut dan angin darat. Kondisi cuaca/iklim daratan sangat dipengaruhi keadaan di atas laut. Berikut ini penjelasan angin laut dan angin darat :

Angin laut adalah udara yang bergerak dari lautan ke daratan yang terjadi pada sore hari. Daratan yang merupakan benda padat dapat menyerap panas matahari jauh lebih cepat daripada lautan yang merupakan benda cair sehingga suhu udara di darat lebih panas daripada di laut. Akibatnya udara panas di daratan akan naik dan digantikan udara dingin dari lautan. Maka terjadilah aliran udara dari laut ke darat.


Angin darat adalah udara yang bergerak dari daratan  ke lautan. Angin darat umumnya terjadi pada malam hari, saat matahari sudah tidak memancarkan panasnya. daratan yang lebih cepat menyerap panas matahari akan melepaskan panas itu dengan lebih cepat pula. Maka, suhu diatas daratan segera menjadi lebih dingin bila dibandingkan dengan suhu diatas lautan. Karena suhu di atas lautan lebih panas, udara yang terdorong ke atas akibat panaspun lebih banyak terjadi diatas lautan. Karena tekanan udara diatas lautan lebih rendah (banyak tempat kosong yang ditinggalkan oleh udara yang naik), maka udara dingin dari atas daratan pun mengalir ke lautan untuk mengisi tempat yang kosong tersebut sehingga terjadilah angin darat.
2.      Kondisi Topografi Daratan dan Lautan
Perubahan geologi di permukaan bumi juga dapat mempengaruhi iklim global. Distribusi daratan benua dan cekungan laut mempengaruhi pola sirkulasi atmosfer dan oseanografi global, dan bentuk, atau topografi, dari permukaan bumi mengarahkan angin dan arus laut.
Menurut teori yang diterima secara luas, dan didukung dengan baik dari lempeng tektonik , gerakan benua, samudera cekungan membuka dan menutup, dan pegunungan terbentuk dari waktu ke waktu. Benua telah diasumsikan konfigurasi baru di permukaan bumi sepanjang sejarah geologi, dan ahli geologi tahu, dari pemeriksaan lingkungan fosil dan organisme, bahwa pergerakan daratan memiliki efek iklim yang signifikan. Sebagai contoh, selama Periode Cretaceous, sekitar 100 juta tahun yang lalu, benua menutupi kutub, dan laut yang hangat disebut Teethes melingkari khatulistiwa. Periode intens aktivitas gunung berapi ditambah gas isolasi ke atmosfer. Kapur adalah periode terpanas dan paling basah dalam sejarah Bumi. Tidak ada bukti dari Kapur es di kutub , laut dangkal menutupi interior benua banyak, dan tanaman tropis dan hewan hidup di semua benua.
Benturan benua India dengan Asia, dan pembentukan pegunungan Himalaya sekitar 40 juta tahun yang lalu adalah contoh lain dari peristiwa lempeng tektonik yang menyebabkan perubahan iklim yang signifikan. Himalaya menghalangi angin khatulistiwa dan arus laut, dan berkontribusi terhadap fenomena iklim utama, yaitu monsoon musim selatan Asia dan Samudera Hindia, dan El Niño Osilasi Selatan di Samudra Pasifik.
Faktor utama yang menentukan iklim global juga mempengaruhi iklim pada skala regional. Iklim regional yang dipengaruhi oleh badan air dan pegunungan. danau mengerahkan pengaruh yang moderat pada iklim setempat, dengan cara yang mirip dengan bagaimana lautan mempengaruhi iklim yang lebih besar. Danau yang luas  adalah contoh yang baik untuk menunjukkan dampak dari danau pada iklim. Sama juga dengan Kondisi topografi daratan dan dasar laut yang tidak rata atau seperti gunung akan mempengaruhi kecepatan angin dan arus laut (Knox, 2012)
3.      Arus Laut Hangat
Menurut Oceanmotion (2012), Laut, atmosfer, dan tanah berinteraksi dalam cara yang kompleks, menghasilkan iklim di mana kehidupan tumbuh subur. Bahkan tampaknya perubahan kecil dalam satu wilayah dapat memiliki efek riak, memicu perubahan di daerah lain. Sebagai contoh, perubahan dalam distribusi air hangat di laut, seperti terjadi di Pasifik tropis selama El Niño, mengubah pola penguapan dan pembentukan awan. Perubahan ini pada gilirannya mempengaruhi pola curah hujan dan angin. Perubahan pola angin dapat mempengaruhi arus permukaan laut dan upwelling, yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara yang ekosistem laut tergantung. Memahami koneksi sangat penting karena kami bergulat dengan implikasi dari perubahan iklim dan tindakan kita yang mungkin berkontribusi untuk itu.
Arus laut membawa air hangat dari daerah tropis ke daerah dingin. Panas dari air yang hangat lolos ke atmosfer karena perjalanan, menciptakan hangat, cuaca Rainier daripada yang mungkin diharapkan. Upwellings sepanjang pantai California membawa air dingin dari dasar laut. Inilah sebabnya mengapa pantai sepanjang pantai Pasifik benua pernah benar-benar memiliki air hangat (dibandingkan dengan pantai Atlantik) bahkan di musim panas. Angin membawa ini suhu lingkungan ke daratan yang mengapa pantai California tetap dalam kisaran antara sekitar 50-75 derajat sepanjang tahun. Iklim yang mengandalkan suhu air laut di daerah pesisir dianggap "Maritim" iklim.
Pegunungan Sierra pedalaman angkatan udara sampai lereng gunung, yang menghasilkan curah hujan dan bayangan hujan di sisi bawah angin dari jangkauan. Iklim di daerah ini sangat panas dan kering, sehingga di gurun di Amerika Serikat barat. Hal ini dianggap sebagai "kontinental" iklim karena tidak benar-benar terpengaruh oleh suhu laut. Iklim benua biasanya memiliki perubahan suhu yang jauh lebih drastis tidak hanya dalam musim yang berbeda, tetapi juga diurnally (setiap hari). Angin adalah hasil dari udara yang bergerak dari daerah yang berbeda dari tekanan tinggi dan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan, semakin kuat angin menjadi. Angin dan arus laut bertanggung jawab untuk mendistribusikan suhu hangat dari khatulistiwa ke seluruh dunia.
Perairan laut terus-menerus dipindahkan sekitar oleh arus kuat arus Permukaan sebagian besar didorong oleh angin,. Meskipun rotasi bumi, keberadaan benua, dan dinamika internal lautan 'juga memiliki pengaruh yang kuat. Deep-laut mengalir (dan, pada tingkat lebih rendah, aliran permukaan) didorong oleh perbedaan kerapatan yang dihasilkan oleh pemanasan dan pendinginan dan dengan curah hujan dan penguapan (air garam dingin lebih padat daripada air tawar-hangat). Perilaku atmosfer sangat mempengaruhi perbedaan kepadatan. Misalnya, awan dapat mendinginkan laut dengan menghalangi sinar pemanasan matahari atau mengurangi salinitas permukaan dengan membawa hujan. Angin dapat mempengaruhi tingkat penguapan dengan meniup lebih kuat atau lebih lemah.

 

Arus ini mempengaruhi iklim dengan mengangkut panas. Arus horizontal, terutama yang bergerak utara atau selatan, dapat membawa air hangat atau dingin sejauh beberapa ribu kilometer. Air tersebut kemudian dapat menghangatkan udara dan secara tidak langsung ini berpengaruh terhadap kondisi udara (Unep, 2012).
2.4     Akibat dari distribusi daratan dan lautan yang tidak menentu
Metrotvnews.com, Aceh Tenggara: Banjir bandang menerjang tiga desa di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, Jumat (13/4). Banjir merusak sedikitnya 20 rumah warga di Desa Krikit, sehingga ratusan warga korban banjir mengungsi.
Desa Krikit Bur menjadi wilayah terparah diterjang banjir bandang. Seorang warga Desa Sitir sempat mengabadikan detik-detik banjir bandang datang. Derasnya banjir yang menutup seluruh badan jalan utama menuju Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara.
Citra satelit MTSAT pada sore hari jam 17 WIB menunjukkan adanya sistem awan konvektif yang berada sepanjang aceh. Awan konvektif jenis Cumulonimbus ini mengakibatkan hujan deras yang dapat berlangsung selama beberapa jam.



BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
·                     iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi  cuaca dalam kurun waktu tertentu.
·                     Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi iklim di permukaan bumi antara lain  Kedudukan Bumi terhadap Matahari, Lintang Tempat, Ketinggian Tempat, Distribusi Daratan dan Lautan dan Peradaban Manusia.
·                     Adanya perbedaan penerimaan energi matahari pada daratan dan lautan akan berdampak pada suhu dan tekanan yang mengakibatkan pergerakan angin,arus laut dan penyimpanan panas.
·                     Kondisi topografi daratan dan lautan yang tidak rata mengakibatkan perubahan arah dan kekuatan pada angin dan arus laut di bumi.
·                     Dari beberapa factor tersebut dapat mengakibatkan banyak masalah tentang iklim seperti terjadinya El Nino-La Nina, Upwelling, dll.




DAFTAR PUSTAKA

                       

Diraja, Bonggo Surya. 2010. Variasi Iklim di Permukaan Bumi. http://ronsleo90.blogspot.com/2010/09/variasi-iklim-di-permukaan-bumi.html. diakses tanggal 11 September 2012.

Knox, 2012. Climate.http://itg1.meteor.wisc.edu/wxwise/AckermanKnox/index. Html. Diakses tanggal 11 September 2012.
Oceanemotion.2012.http://oceanmotion.org/index.html. Diakses tanggal 11 September 2012.

Olii. 2011. Pengaruh Ketinggian Tempat terhadap Variasi Iklim di Permukaan Bumi. http://peri-laut.blogspot.com/2011/10/pengaruh-ketinggian-tempat-terhadap.html. Diakses tanggal 7 September 2012.

Rafi’I, 1995. Dasar-Dasar Klimatologi. Agroklimatologi. Medan: USU
Unep.2012.http://www.unep.ch/iucc/fs002.html&usg=ALkJrhhTFV2DLq8aIeylKyD3TtLfx8_-hA. Diakses tanggal 11 September 2012.
Winarso. 2003. Klimatologi. Jakarta : ITB